Semua lebur digerus sembilu,
Sayap merabun tak tau mengepak, sekalipun bukan si penampung benalu,
Tetaplah tak ingin hati itu mengelak.
Menjadi hinakah si nabi yg begitu mengagumi,
Atau menjadi sucikah si iblis yg selalu pandai bertopeng tameng,
ini memang tentang peduli,
Tp jangan tanyakan siapa yg lebih banyak memberi..
Jumat, 27 Februari 2015
Puisi Cinta
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Popular Posts
-
I knew a boy once, when I was small Aku mengenal anak lelaki, ketika aku masih kecil A tow-head blond, with eyes of salt Berambut pirang, d...
-
Pernah berjuang sedemikian Hingga menyerah perlahan Waktu yang mereka bilang penyembuh Kutunggu hingga aku merasa tak lagi butuh Aku tidak p...
-
Besok saat kita sampai sudah Tak lagi mandi dan tidur sebagai pemisah Tak lagi perlu panggilan telpon bersusah-susah Hilang resah gel...
-
Your words are bullets Piercing through my chest At times I can bare the pain Now I can't take it no more My words are missils Ready to ...
-
Setiap kali hati ini terasa sesak, sakit, sedih, ingin berontak entah pada apa. Yang bisa kulakukan hanya berdoa. "Semoga kita dimudah...
-
Dibanding lembur, aku lebih senang membaca ulang pesan-pesan kita beserta rencana-rencananya. LM
-
I see you in all my waking days And when I'm down Your smile will light my heart like sunrays I feel you even when you far away Before ...
-
Hampir setiap malam, kulit, tubuh dan tulangku berperang melawan beku, jiwaku bermesraan dengan sedih, sedang hatiku kubiarkan merana ditema...
-
Drama perpisahan untuk kali pertam a dalam keluarga rumah atap rumbia ini dimulai. Di bawah langit pagi nan cerah itu kesedihan ibunda Aco ...
-
Jika mencuri ilmu dari seseorang sulit dilakukan dengan adab, maka taktik berikutnya ialah dengan mendebat. Mungkin banyak orang-orang y...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar