Hampir setiap malam, kulit, tubuh dan tulangku
berperang melawan beku, jiwaku bermesraan dengan sedih, sedang hatiku kubiarkan
merana ditemani isi kepala yang tengah mencari-cari luka apalagi selain ini?
Hidup dalam penyesalan kemarin dan resah menyambut esok, aku nikmati.
Terus-menerus aku membenci hari ini, hari dimana aku tak punya apa-apa, selain
memori tentang kali terakhir kita bertengkar malam itu. Lagi-lagi andai itu
tidak pernah terjadi.
Aku meringkuk di atas
karpet, membenamkan wajahku dalam selimut tebal, lalu kuputar suara hujan
berharap aku bisa tidur nyenyak lebih cepat, namun sudah pasti gagal. Cara lain
lagi kucoba menghitung domba persis seperti ajaran kartun favoritku sewaktu kecil
agar lekas mengantuk, namun tak jua berhasil. Aku merasa semua upayaku
akhir-akhir ini selalu gagal, dan kegagalan paling nyata ialah menemukan alasan
yang bisa kuterima mengapa aku ditinggalkan?
Aku seringkali mencoba
berefleksi. Melihat diri di depan cermin, mengukur seberapa mungkin aku
dipertahankan jika aku lebih cantik dari ini, menimbang-nimbang faktor penting
yang sekiranya bisa membuatnya kembali, mencari-cari alasan yang tidaklah
menghasilkan jawaban apapun namun membuatku semakin merasa rendah diri dan
membenci diriku berkali-kali. Ya, aku memang tidak selayak itu. Tetapi,
bukankah dia juga bukan siapa-siapa? Selain berhasil membuatku patah hati
berjilid-jilid, kelebihannya apa lagi kira-kira? Tidak ada. Maksudku, tidak ada
yang tidak kusuka. Hampir semua hal yang ada di dirinya adalah favoritku,
caranya meninggalkanku misalnya.
Jika kau tidak berkenan dengan buku ini, bukankah
sudah kuperingatkan? Jangan biarkan aku jatuh cinta padamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar