Rintik, gerimis, hingga deras terus kurasa
Tak ada dahaga, apalagi rindu
Setiap detik kau dekap aku dengan basah
Mengapa tidak sesekali kau enyah?
Panas, terik, hingga kering tekak kuderita
Yang ada sakau, tak ada temu
Setiap detik kuinginkan sentuhmu yang tak ada
Mengapa tidak sesekali kau pulang?
Dalam sendiri yang tak bertepi
Dalam menunggu yang tak tau waktu
Aku terbiasa tanpamu
Kemarau tak henti bahkan tahun berganti
Aku yang tak lagi sakau
Menikmati hidup tanpa kacau
Tidak untuk sedih, pun gelisah tak ada
Tetapi dalam tenang akan keringku
Kujumpai kau bercokol meminta air minum
Singgah, sekedar melepas gundah
Tetapi nyatanya tidak hanya dahagamu
Kau berdiam tak beranjak
Hingga aku mendadak sakit, bagaimana tidak?
Setelah merasakan kekeringan yang sangat
Lalu dalam sehari mendadak kau basahi lagi
Ini cinta atu musim pancaroba?
Tabalong, 3 Juni 2020.
(day #3 field break di site saja)